Rabu, 28 November 2012

Catatan seorang penulis amatir.



Dengan tema “Kehidupan Masyarakat di Korea Selatan”,Aku jadi ingin mengorek lingkupan remaja di KorSel. Tentu saja Aku gatal untuk membahasnya karena aku juga seorang remaja,jadi Aku akan berbicara dengan pemikiran orang remaja,walaupun Aku bukanlah remaja yang tinggal di negara gingseng itu.
Remaja di Korea sama seperti di remaja di negara kita,tren dengan menggunakan singkatan singkatan dalam menggunakan kata-kata,kalau Kita mungkin menyebutnya dengan bahasa gaul,sedangkan kalau mereka lebih menyebutnya dengan  kata “AMIGO” ( Aremdaun Minyeoruel Joahamyeon Gosaenghanda). Artinya  Hati jadi sakit ketika kamu jatuh cinta dengan si Cantik.
Sistem pembelajaran tiap sekolah di KorSel,Aku rasa hampir sama gilanya dengan sistem pembelajaran di negara Jepang. Yah,11-12 lah. Bisa dilihat dalam waktu Mereka ada di dalam sekolah.Seperti yang Aku telusuri,siswa siswi SMP pulang jam 4.30 sore setiap harinya sedangkan siswa/siswi SMA pulang jam 09.30 malam. Diperkirakan siswa SMA KorSel menghabiskan 16 jam sehari.Waaaaoowww daebaaak! Huhu,Donghae oppa pasti kamu sudah mengalami hari-hari sekolahmu dengan cukup berat. *plaaak. Tapi mungkin bagi masyarakat di sana,hal itu adalah hal yang wajar. Karena seorang pelajar yaa harus belajar.(?) Sangat bisa dipastikan jika Mereka tiap hari belajar 16 jam sehari,sudah pasti Mereka tidak bisa mempunyai hobi yang berarti. Mungkin hanya pada saat libur sekolah saja,atau pada liburan mereka bisa melakukan hal-hal yang disukai. Tapi kalau hari wajib sekolah,TIDAK MUNGKIN BISA.
Walaupun terkesan gila,tapi Aku merasa ini patut dibanggakan pula.Sebab kalau mau flashback ke jaman purba-sori jaman susah-susahnya maksud saya. Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di Asia. Poor Korea. Tapi sekarang KORSEL bisa menjadi negara ke 13 dengan perekonomian terkuat. Tentu saja dikarenakan pemerintah yang berusaha keras sehingga warga KORSEL menjadi warga yang tahan banting,maju dan mandiri. Salah satu contoh adalah sistem pembelajaran tadi.
Namun negatifnya juga bisa dlihat jelas tanpa perlu repot repot memakai kacamata. Dikarenakan Korea Selatan adalah sebagai salah satu negara yang maju,semua dituntut untuk SEMPURNA. Baik di dalam ataupun diluar. Di dalam itu adalah berkaitan dengan ilmu dan skill,diluar itu  berkaitan dengan kecantikan fisik secara keseluruhan. Dalam mencari pekerjaan,selain skill- tampang adalah nomor satu menurut warga KorSel. Jadi semakin cantik-tampan nya seseorang,makin besarlah untuk keberhasilan seseorang dalam pendapatan pekerjaan. Dan kalau mereka tak dilahirkan  sempurna dalam kecantikan fisik,mereka rela mengubah diri mereka dengan operasi plastik. Apalagi operasi plastik korea selatan cukup mengagumkan. Dengan biaya yang 50% lebih murah dibandingkan di Jepang,mampu mendapatkan wajah “baru” yang fantastic. Siapa yang tidak tergiur?Apalagi manusia memang memiliki sifat yang tak cukup puas dengan apa yang di dapat saat ini.Karena itulah remaja remaja  di KorSel mengetahui hal itu dan memiliki suatu pemikiran yang salah.
Saat ditanya konsep cantik itu seperti apa,kebanyakan mereka memiliki mata yang besar,muka yang mungil,dan kurus. Padahal orang korea identik dengan mata yang sipit dan banyak yang tak memiliki kelopak mata. Sudah pasti pemikiran mereka adalah operasi plastik. Saat salah satu orang dipuji karena menurut kita,dia cantik. Dia akan bilang Dia tak cantik tapi akan menunjukkan salah satu temannya yang memiliki kelopak mata. Bahkan ada beberapa siswi yang memiliki katapel kecil dan botol berlabel “eye charm”. Cara penggunaannya cukup mengerikan.
Musim dingin saat liburan sekolah,remaja korsel banyak yang mengunjungi klinik operasi plastik.Yang menyedihkannya lagi,25% ibu ibu korea menyuruh anaknya 12-16tahun untuk   operasi plastik,what the? Kalau anaknya sudah berpenghasilan dan ingin tampil lebih cantik,it’s okay.Why? Karena Mereka sudah dewasa. Tapi kalau masih bersekolah dengan pemikiran yang labil itu,pasti Dia akan merasa minder dan rendah diri. Sedih sekali,bahkan orang tua mereka tak bisa mengajarkan rasa bersyukur. Bukankah Itu adalah hal yang paling mendasar? Menurutku,biarlah lingkungan menuntut anak-anak KorSel untuk tampil sempurna,tapi tugas orang tualah untuk selalu mendukung anak-anak serta tetap mengajarkan mereka untuk selalu bersyukur dengan apa yang diterima dan apa yang dihadapi.Setuju?